INILAHCOM, Bandung - Pemerintah Indonesia mendukung penuh upaya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang membuat rancang bangun dan memproduksi pesawat N219.
Pasalnya, pesawat ini digadang-gadang hadir untuk menyaingi Twin Otter buatan Kanada.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir seusai memimpin rapat perkembangan pesawat N219 di Gedung Pusat Management (GPM) PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Selasa (20/1), menuturkan kehadiran pesawat N219 dapat menjadi titik tolak kebangkitan kedirgantaraan Indonesia.
“Kami melakukan koordinasi lintas kementerian dengan Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementeri Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Bappenas, Lapan, dan BUMN. Ini dilakukan agar proyek pesawat N219 segera rampung,” paparnya.
Dia menambahkan, pembuatan pesawat N219 saat ini masih dikerjakan oleh Lapan. Pesawat N219 memang dibuat dengan kapasitas terbatas, hanya 19 orang untuk memenuhi kebutuhan domestik, terutama untuk penerbangan Indonesia bagian timur.
“Pesawat ini akan menjadi pesawat masa depan bagi Indonesia. Pesawat yang dapat menghubungkan daerah-daerah terpencil. Mudah-mudahan Agustus 2015 sudah bisa roll out dan pada akhir 2015 bisa menjalani uji terbang dan tersertifikasi,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengemukakan Pesawat N219 merupakan produk yang dirancang sepenuhnya oleh putra putri Indonesia. Pesawat turboprop ini memiliki kapasitas 19 orang penumpang. Pesawat ini dapat mengangkut penumpang, barang, dan atau keduanya.
Pasalnya, pesawat ini digadang-gadang hadir untuk menyaingi Twin Otter buatan Kanada.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir seusai memimpin rapat perkembangan pesawat N219 di Gedung Pusat Management (GPM) PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Selasa (20/1), menuturkan kehadiran pesawat N219 dapat menjadi titik tolak kebangkitan kedirgantaraan Indonesia.
“Kami melakukan koordinasi lintas kementerian dengan Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementeri Perindustrian, Kementerian Perhubungan, Bappenas, Lapan, dan BUMN. Ini dilakukan agar proyek pesawat N219 segera rampung,” paparnya.
Dia menambahkan, pembuatan pesawat N219 saat ini masih dikerjakan oleh Lapan. Pesawat N219 memang dibuat dengan kapasitas terbatas, hanya 19 orang untuk memenuhi kebutuhan domestik, terutama untuk penerbangan Indonesia bagian timur.
“Pesawat ini akan menjadi pesawat masa depan bagi Indonesia. Pesawat yang dapat menghubungkan daerah-daerah terpencil. Mudah-mudahan Agustus 2015 sudah bisa roll out dan pada akhir 2015 bisa menjalani uji terbang dan tersertifikasi,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengemukakan Pesawat N219 merupakan produk yang dirancang sepenuhnya oleh putra putri Indonesia. Pesawat turboprop ini memiliki kapasitas 19 orang penumpang. Pesawat ini dapat mengangkut penumpang, barang, dan atau keduanya.
Pesawat yang mengaplikasikan teknologi elektronik dan avionik terbaru ini akan menjadi salah satu pesawat yang diperhitungkan di kelasnya. “Targetnya pada 2016 kami mulai produksi. Kemampuan produksinya sebanyak 24 unit selama setahun,” bebernya.
Pesawat N219 merupakan pesawat angkut ringan yang cocok di berbagai medan. Keunggulan pesawat ini antara lain dapat lepas landas pada runway dengan jarak yang pendek, mudah dioperasikan di daerah terpencil, bisa self starting tanpa bantuan ground support unit, bisa beroperasi dengan ground support yang minimum, serta bisa beroperasi dan dirawat dengan biaya yang rendah dan harga yang bersaing.
“Perkiraan akan dibanderol dengan harganya US$ 5 juta karena pesaing utamanya (twin otter) seharga US$7 juta,” imbuh dia.
Budi menambahkan, sampai saat ini sudah ada sejumlah pihak yang memesan pesawat kecil ini. Setidaknya sudah sekitar 200 unit terpesan. “Potensial market-nya yang sudah memesan yakni Nusantara Buana Air, Lion Air, Angkatan Laut, bahkan Thailand pun tertarik untuk membeli,” ungkapnya.
Selanjutnya, Chief Engineer N219 Palmana Banandi menjelaskan pesawat ini pada operasionalnya terbang pada ketinggian 10 ribu kaki. Tetapi sebetulnya pesawat ini memiliki kemampuan terbang hingga ketinggian 24 ribu kaki.
“Selain memiliki harga yang lebih murah ketimbang Twin Otter, daya tampung penumpang N219 lebih banyak. Twin Otter hanya 12-17 penumpang sedangkan N219 memiliki daya tampung 19 penumpang,” paparnya.
Pesawat N219 merupakan pesawat angkut ringan yang cocok di berbagai medan. Keunggulan pesawat ini antara lain dapat lepas landas pada runway dengan jarak yang pendek, mudah dioperasikan di daerah terpencil, bisa self starting tanpa bantuan ground support unit, bisa beroperasi dengan ground support yang minimum, serta bisa beroperasi dan dirawat dengan biaya yang rendah dan harga yang bersaing.
“Perkiraan akan dibanderol dengan harganya US$ 5 juta karena pesaing utamanya (twin otter) seharga US$7 juta,” imbuh dia.
Budi menambahkan, sampai saat ini sudah ada sejumlah pihak yang memesan pesawat kecil ini. Setidaknya sudah sekitar 200 unit terpesan. “Potensial market-nya yang sudah memesan yakni Nusantara Buana Air, Lion Air, Angkatan Laut, bahkan Thailand pun tertarik untuk membeli,” ungkapnya.
Selanjutnya, Chief Engineer N219 Palmana Banandi menjelaskan pesawat ini pada operasionalnya terbang pada ketinggian 10 ribu kaki. Tetapi sebetulnya pesawat ini memiliki kemampuan terbang hingga ketinggian 24 ribu kaki.
“Selain memiliki harga yang lebih murah ketimbang Twin Otter, daya tampung penumpang N219 lebih banyak. Twin Otter hanya 12-17 penumpang sedangkan N219 memiliki daya tampung 19 penumpang,” paparnya.
Pesawat N219 dirancang menggunakan teknologi aerodinamic yang lebih modern ketimbang Twin Otter. Bobotnya 7.030 kilogram. Pesawat ini menggunakan dua engine. (jul)
0 komentar: